Konsep
Bukan Pangkal dan Pernyataan Bukan Pangkal
Disusun
oleh:
Ridho Nur Arifin
Anisa Subroto
I. Konsep Bukan Pangkal
Di
bagian terdahulu telah dikemukakan adanya pengertian pangkal atau unsur
primitif. Secara kurang tepat sering juga disebut “konsep tak didefinisikan”.
Dalam suatu struktur tertentu banyak dijumpai konsep-konsep yang didefinisikan
berdasarkan konsep-konsep terdahulu. Konsep-konsep semacam ini dalam tulisan
ini disebut konsep bukan pangkal. Selain itu dalam tulisan ini
pengertian konsep yang dipakai adalah “ide abstrak yang dapat
digunakan untuk melakukan penggolongan atau klasifikasi”.
Suatu
konsep dapat dibentuk melalui suatu abstraksi. Sebagi contoh sederhana
dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengatakan bahwa sepeda, kereta api,
mobil, becak adalah kendaraan. Tetapi rumah, pohon , batu bukan
kendaraan. Ini berarti “kendaraan” adalah suatu konsep. Konsep kendaraan
itu dapat saja dipandang sebagai suatu abstraksi dari beberapa kendaraan khusus
tertentu.
1.1
Konsep dan Pembentukannya
Di
bagian terdahulu telah disebutkan selintas tentang pembentukan sutu konsep.
Demikian juga pengertian konsep yang digunakan dalam tulisan ini. Dalam
matematika dikenal banyak konsep. Misal: “segitiga”, “segiempat” dan
sebagainya, dikenal juga konsep “ruang metrik”, “grup”, dan masih banyak lagi.
Jika
disebut “segitiga”, maka ide itu dapat digunakan untuk melakukan pengelompokan
atau klasifikasi, sedemikian hingga suatu bangun datar dapat termasuk segitiga
atau tidak. Demikian juga konsep-konsep yang lain. Bagaimanakah pembentukan
suatu konsep itu?.
Pembentukan
suatu konsep bisa melalui:
(1) abstraksi,
misalnya : pembentukan bilangan melalui dua kali abstraksi.
(2) idealisasi,
misalnya: “kerataan” suatu bidang dan “kelurusan” suatu garis.
(3) abstraksi dan
idealisasi, misalnya: “kubus”, “kerucut”.
(4)
penambahan syarat pada konsep terdahulu, misalnya: “belahketupat” dari
“jajargenjang”.
1.2
Definisi
Di
bagian terdahulu pembentukan suatu konsep ditunjukkan dengan penekanan pada
prosesnya. Sedangkan agar dapat jelas dan dapat digunakan secara operasional
perlu diungkapkan dalam suatu kalimat yang memuat pembatasan-pembatasan.
Menurut
Soedjadi (2000) definisi adalah ungkapan yang dapat digunakan untuk membatasi
suatu konsep. Jajargenjang merupakan suatu konsep. Sedangkan “jajargenjang
ialah segiempat yang mempunyai dua pasang sisi berhadapan sejajar” merupakan
contoh definisi. Ungkapan dari definisi tersebut membatasi konsep. Suatu
ungkapan yang membatasi suatu konsep belum memiliki nilai benar maupun
salah. Tetapi setelah ditetapkan atau disepakati dalam suatu struktur maka
selanjutnya ungkapan itu memiliki nilai benar. Definisi atau ungkapan yang
membatasi suatu konsep ada beberapa jenis.
Menurut
Soedjadi (2000) definisi dibedakan menjadi 3 yaitu definisi analitik, definisi
genetik dan definisi dengan rumus. Pada geometri tidak dijumpai definisi dengan
rumus.
Suatu
definisi dikatakan bersifat analitis bila definisi tersebut menyebutkan genus
proksimum dan deferensia spesifika(Genus: keluarga terdekat;
deferensia spesifika : pembeda khusus). Perhatikan definisi ini “ jajargenjang
ialah segiempat yang mempunyai dua pasang sisi berhadapan sejajar”. Definisi
jajargenjang tersebut merupakan definisi analitik dengan genus proksimum
“segiempat” dan diferensial spesifika “mempunyai dua pasang sisi berhadapan
sejajar”.
Suatu
definisi dikatakan bersifat ginetik jika definisi itu menunjukkan atau
mengungkapkan cara terjadinya atau membentuknya konsep yang didefinisikan.
Contoh definisi genetik “Trapesium adalah segiempat yang terjadi jika sebuah
segitiga dipotong oleh sebuah garis yang sejajar salah satu sisinya”.
1.3
Unsur-unsur suatu definisi.
Menurut
Soedjadi (2000) suatu definisi memuat unsur-unsur berikut.
(a) Latar
belakang
Latar belakang
suatu definisi merupakan keterangan atau penjelasan yang memungkinkan
berlakunya definisi tersebut.
(b) Genus
Genus suatu
definisi merupakan golongan yang melingkupi konsep yang didefinisikan.
(c) Lingkup
Lingkup atau
istilah adalah konsep yang didefinisikan
(d) Atribut
Atribut
merupakan ciri-ciri khusus yang dimiliki konsep yang didefinisikan.
Perhatikan dua kalimat
definisi di bawah ini.
·
Segitiga samasisi adalah segitiga yang
ketiga sisinya sama.
·
Suatu segitiga adalah samasisi jika dan
hanya jika ketiga sisinya sama.
Definisi di atas
dapat diperhatikan unsur-unsurnya yaitu
a) Latar
belakangnya adalah “bangun datar”.
b) Genusnya
adalah “segitiga”.
c) Istilah
yang didefinisikan “segitiga samasisi”
d) Atributnya
“ketiga sisinya sama”.
Untuk
menentukan unsur suatu definisi akan lebih mudah bila kalimat definisinya
seperti bentuk kedua, yaitu menggunakan kata “jika dan hanya jika”. Hal itu
akan terasa bila akan menentukan atribut dari definisi itu.
1.4Intensi
dan ekstensi suatu definisi
Menurut
Poespoprojo (1999, h.91) ekstensi ialah keseluruhan ha-hal yang atasnya suatu
ide dapat diterapkan, atau lingkungan (suatu konsep) yang dapat ditunjuk dengan
konsep tertentu. Jajargenjang dapat didefinisikan sebagai berikut.
1. Jajargenjang
ialah segiempat yang dua pasang sisi yang berhadapan sejajar.
2. Jajargenjang
ialah segiempat yang dua pasang sisi yang berhadapan sama panjang.
3. Jajargenjang
ialah segiempat yang sepasang sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang.
Ketiga definisi
jajaegenjang di atas adalah sama. Menurut Soedjadi ketiga definisi itu
mempunyai ekstensi (jangkauan) yang sama, dan dua atau lebih definisi yang
memiliki ekstensi yang sama disebut definisi ekuivalen. Atribut yang digunakan
definisi (1) memiliki dua pasang sisi yang sejajar. Atribut yag digunakan
definisi (2) memiliki dua pasang sisi yang sama panjang dan atribut yang
digunakan definisi (3) memiliki sepasang sisi yang sejajar dan sama panjang.
Definisi tersebut mempunyai intensi (makna kata) yang berbeda.
Segitiga sama
sisi dan segitiga samasudut dapat didefinisikan sebagai berikut.
1. Segitiga
samasisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama.
2. Segitiga
samasisi adalah segitiga yang ketiga sudutnya sama.
3. Segitiga
samasudut adalah segitiga yang ketiga sudutnya sama.
4. Segitiga
samasudut adalah segitiga yang ketiga sisinya sama.
Definisi (1) dan
(2) mendefinisikan hal yang sama, yaitu segitiga samasisi, tetapi
atributnya berbeda, yang satu mengutamakan perhatian kepada “sisi” sedangkan
yang lain mengutamakan perhatian kepada “sudut”. Demikian juga definisi (3) dan
(4), tetapi hal yang didefinisikan adalah segitiga sama sudut.
Himpunan bangun
segitiga yang didefinisikan oleh keempat definisi itu adalah sama. Ini
dikatakan bahwa keempat definisi itu memiliki ekstensi sama. Perbedaannya adalah
di depan telah dikatakan bahwa pengutamaan perhatian berbeda. Atribut yang satu
dikatakan bahwa definisi (1) dan (2) memiliki intensi yang berbeda.
2. Pernyataan Bukan Pangkal
Di
depan telah dikenalkan aksioma yang juga dapat disebut sebagai pernyataan
pangkal. Pernyataan yang disepakati atau tidak memerlukan pembuktian. Sekarang
akan dibicarakan pernyataan lain, yang dapat diturunkan dari aksioma ataupun
teorema sebelumnya.Pada umumnya suatu teorema dapat dinyatakan sebagai suatu
implikasi (Jika …… maka ……).
2.1 Teorema dan
cara menemukannya.
Di bagian terdahulu telah dikemukakan bahwa suatu
teorema atau suatu sifat tertentu tidak selalu didapat dengan pemikiran
deduktif, tetapi juga mungkin ditemukan melalui pengalaman lapangan ataupun data
empirik. Namun demikian akhirnya kebenarannya harus dapat dibuktikan dengan
pola pikir deduktif dalam strukturnya.
Jadi,
suatu teorema atau suatu sifat tertentu dapat saja diperoleh melalui
langkah-langkah induktif, baru kemudian dibuktikan kebenarannya dengan cara
deduktif. Sifat-sifat suatu barisan dapat saja “ditemukan” secara coba-coba,
baru kemudian dapat dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan induksi
matematika. Demikian juga beberapa sifat atau teorema dalam teori jaringan atau
graph.
2.2
Teorema
Telah dikemukakan bahwa pada umumnya suatu teorema
berupa suatu implikasi. Namun ada juga yang berupa biimplikasi. Berbeda
dengan definisi, kalimatnya selalu harus diartikan sebagai suatu biimplikasi.
Dalam pembicaraan teorema, termasuk di dalamnya “lemma” dan “corrolary”.
Lemma adalah suatu teorema (yang juga harus dibuktikan kebenarannya) yang
dibutuhkan khusus untuk membuktikan suatu teorema tertentu. Korolari adalah
suatu teorema yang muncul sebagai akibat dari teorema sebelumnya.
Jika suatu teorema dipandang sebagai suatu implikasi”Jika ….. maka …..”,
dapatlah ditinjau unsur-unsurnya. Unsur-unsur suatu teorema adalah:
a. Latar
belakang
Latar belakang
suatu teorema merupakan keterangan atau penjelasan yang memungkinkan teorema
tersebut berlaku.
b. Hipotesis/anteseden
Hipotesis
biasanya terdapat di belakang kata “jika”. Hipotesis merupakan pernyataan yang
menjadi landasan untuk dapat membuat simpulan yang berupa pernyataan lain.
c.
Konklusi/konsekuen.
Konklusi
biasanya terdapat di belakang kata“maka”. Konklusi
adalah pernyataan yang merupakan analisis atau hasil telaah dari hipotesis.
Perhatikan
teorema di bawah ini.
(1) Sudut-sudut alas suatu segitiga
samakaki sama besarnya
Pernyataan
tersebut dapat diubah menjadi:
(2) Jika sebuah segitga samakaki
maka sudut-sudut alasnya sama.
Dengan
bentuk pernyataan “Jika …. maka …..” ini lebih mudah menentukan unsur-unsur
teorema tersebut, yaitu:
a. Latar
belakangnya adalah segitiga.
b. Hipotesisnya
adalah segitiga samakaki
c. Konklusinya
adalah sudut-sudut alasnya sama.
Dari
contoh di atas jelas bahwa hipotesis suatu teorema adalah bagian yang dianggap
diketahui, sedangkan konklusi suatu teorema adalah bagian yang akan dibuktikan
kebenarannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar